Perjalanan Penyanyi Tuban Yon Koeswoyo
"KISAH ini mengenai seorang laki-laki yang pernah malang melintang menapaki jalan panjang dunia musik pop Indonesia. Ia pernah mengenyam betapa manisnya puncak yang penuh bunga mekar dan taburan puja puji. Pun, ia pernah mengecap pahitnya jurang berlumpur yang gelap dengan selaksa caci maki."
LELAKI itu adalah Koesyono, penyanyi kelahiran Tuban, Jawa Timur, Jumat Legi, 27 September 1940, yang dikenal sebagai Yon Koeswoyo, personel Koes Plus. Yon menuliskan kata-kata di atas dalam otobiografi Panggung Kehidupan Yon Koeswoyo terbitan Chandra Awe Selaras, Jakarta, yang diluncurkan pada pertengahan Januari 2005 lalu.
Yon mengaku tidak mempunyai keterampilan menulis, kecuali menulis lagu. Ketika seorang penggemar berat Koes Plus meminta menulis perjalanan hidupnya, Yon sempat ragu karena merasa tidak mampu. Tetapi, penggemar berat itu berhasil meyakinkan sehingga personel Koes Plus ini tergerak menulis memoar.
YON menulis dalam pengertian sesungguhnya. Dia menuliskan dengan tulisan tangan pada buku tulis bergaris bersampul tebal-buku seperti itu mengingatkan pada buku catatan yang sering dibawa tukang kredit di kampung-kampung. Tulisan tangan asli itu kemudian oleh adik ipar Yon ditranskrip ke komputer sebelum diserahkan ke penerbit.
"Bayangkan, apa enggak kemeng (pegal) tangan saya menulis segini banyaknya," kata Yon sambil menunjukkan dua buku tulis tebal yang merupakan manuskrip asli otobiografinya.
Dalam buku setebal 175 halaman itu, Yon bertutur tentang masa kecil di Tuban, Jawa Timur, era tahun 1940-an ketika bersekolah dengan kaki telanjang. Ia berkisah tentang masa remaja di Jakarta dan berlanjut ke awal pembentukan Koes Bersaudara pada era tahun 1960-an.
Dia banyak bercerita seputar masa jaya Koes Plus era tahun 1971-1976. Termasuk riwayat lagu-lagu terkenal Koes Plus, terutama yang diciptakan Yon seperti Hidup Yang Sepi yang memang lahir ketika Yon benar-benar sepi sebagai pria lajang tanpa kekasih.
"Saya pernah nyanyi lagu itu sampai mata saya mbrebes mili-berlinang," kata Yon.
Yon juga bercerita tentang kisah cintanya dengan seorang pemain drum Dara Puspita. Yon yang tampak sensitif, tidak menyebutkan nama sang dara-dalam sejarah tercatat pemain drum itu bernama Susy Naender.
Kisah cinta Yon dengan dara berpita seperti judul sebuah lagu mereka itu oleh Tony Koeswoyo diabadikan dalam lagu Andaikan Kau Datang yang dilantunkan Yon. Belakangan lagu itu dipopulerkan kembali oleh Ruth Sahanaya.
Yon juga menuliskan kisah cintanya dengan istrinya terdahulu dan istrinya saat ini, Bonita Angelia. Di antara anak-anak Yon, sejauh ini baru Otmar Veda (27) alias David yang mulai mengikuti jejak ayahnya sebagai penyanyi dalam kelompok Yunior.
YON merupakan satu-satunya anggota keluarga Koeswoyo yang sampai hari ini masih aktif bernyanyi dengan membawa nama Koes Plus. Sepeninggal Tonny Koeswoyo pada tahun 1987, Koes Plus sebagai grup musik praktis menyurut. Sejak itu Yon hidup dengan usaha jual-beli mobil. Dia juga mendapat penghasilan dari menyewakan rumah.
Mulai tahun 1993 terjadi semacam kebangkitan bagi Koes Plus. Saat itu Koes Plus tampil dengan formasi Yon, Yok, Murry, plus personel pendukung yang berganti-ganti dari waktu ke waktu. Yok bergabung untuk beberapa waktu sebelum kemudian mundur. Koes Plus terus bernyanyi digawangi Yon dan Murry plus dua pemain lain.
Koes Plus yang jaya pada era 1970-an itu, pada medio 1990-an bermain di kafe sebagai band yang dinikmati sebagai grup nostalgia. Akan tetapi diakui Yon, penampilan Koes Plus versi nostalgia itu menambah penghasilan yang berarti. Betapa tidak. Yon pada pertengahan 1990-an hidup pas-pasan. Ketika istrinya melahirkan, Yon tidak mempunyai uang sama sekali.
"Untuk membayar rumah sakit bersalin sebesar satu setengah juta rupiah aku harus meminjam uang...," cerita Yon dalam bukunya.
Sampai hari ini Koes Plus masih bertahan dengan Yon Koeswoyo sebagai satu-satunya personel "original". Yon tampil dengan pemain muda yang berusia sekitar 25 tahun. Rasa Koes Plus masih terasa karena kebetulan suara Yon menjadi salah satu unsur pembangun karakter Koes Plus.
Dalam Koes Plus, suara Yon memang dominan meski Yok, Tonny, dan bahkan Murry juga tampil sebagai penyanyi. Sekadar contoh, lagu Kolam Susu dilantunkan suara Yok. Suara Tonny terdengar lewat Keroncong Pertemuan.
Vokal Yon mendominasi pada sebagian besar lagu kondang Koes Plus seperti Kembali Ke Jakarta, Kisah Sedih di Hari Minggu, Diana, atau juga Hidup Yang Sepi. Kini, selain tampil dalam format Koes Plus, Yon juga tampil sebagai penyanyi tunggal lewat album Hanya Mimpi.
USIA Yon kini 64 tahun, tetapi penampilannya terkesan jauh lebih muda. Kata Yon, itu karena terbawa penampilan sang istri, Bonita, yang masih muda. "Tetapi, yang penting saya tidak pernah berpikiran bahwa saya sudah tua," kata Yon yang ditemui di rumahnya yang luas dan teduh di kawasan Pamulang, Tangerang, Banten.
Di rumah kebun seluas 2.500 meter persegi itu Yon setiap hari menyapu dan memotong rumput. Itulah yang konon membuat saraf dan ototnya bergerak dan hidup. Dia menjalani hidup dengan rasa syukur dan optimistis. Yon tidak terjebak pada sindroma kejayaan Koes Bersaudara atau Koes Plus. Sikap itulah yang menurut Yon membuat dirinya ayem.
Yon juga tidak meratapi nasib, misalnya tentang lagu-lagu ciptaan Koes Plus yang jika diukur dari royalti seharusnya memberi kesejahteraan para penciptanya. Dia memilih mengambil hikmah. Yang penting baginya lagu-lagu Koes Plus menghibur rakyat, meski penciptanya tidak mendapat penghargaan layak secara ekonomi.
"Saya yakin, seyakin-yakinnya, kalau lagu-lagu itu memang milik kami, maka walau diapa-apain, suatu saat nanti pasti akan kembali menjadi milik kami," kata Yon optimistis seperti lagunya: Matahari kan bersinar, sayang/ Mendung kan tertiup angin...
Hujan pun akan berhenti sayang/ Alam pun akan berseri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar